Rabu, 28 Mei 2014

Mahasiswa Rantau

MAHASISWA...., ya gw mahasiswa. Semua berawal kurang lebih tiga perempat tahun yang lalu saat gw memutuskan tuk hijrah ke Yogyakarta yang katanya kota “Pelajar”. Entah kenapa kota ini di juluki sebagai kota “Pelajar”, apakah karena banyaknya kampus yang bila dihitung hampir beratus-ratus banyaknya atau karna hal lain yang mungkin biasa orang bilang sebagai “Pencitraan..” entahlah gw ngga tau pasti.


Tiga tahun memanglah bukan waktu yang sebentar, tapi bukan pula waktu yang lama bagi seorang pe-Rantau kaya gw ini, soalnya hampir tiap selesai jenjang suatu pendidikan gw memutuskan tuk hijrah alias merantau. Ya merantau..., gw memutuskan kegiatan yang menurut gw ekstreme ini ketika kelas 5 Sekolah Dasar. Saat  itu entah mahluk apa yang berbisik di kepala gw hingga membuat gw yang kala itu masih lugu, polos dan manja memilih merantau di kampung orang.
Tahun 2002 seingat gw. Kala itu gw masuk ke sebuah pondok pesantren yang masih satu kabupaten dengan rumah gw yaitu “CIBADUYUT”, yang jaraknya pun sampai saat ini ngga gw tau antara Rancaekek-Cibaduyut itu berapa mil jauhnya. Yang pasti.., Hampir semua mahkluk di kota Bandung tau kalau Cibaduyut ialah daerah penghasil sepatu kulit berkualitas internasional. Tapi ngga semua makhluk tau kalau disana terdapat pondok pesantren yang punya kualitas di atas internasional atau bisa gw bilang kualitas Dunia-Akhirat hahaha..
Saat itu hal yang pertamakali gw lakukan setelah masuk pondok dan di tinggal pergi keluarga ialah menangis, mungkin karena ke-luguan dan sifat manja gw yang kala itu sedang diatas normal, alhasil gw nangis, meskipun sudah di cekoki berbagai bekal yang banyak oleh keluarga tapi tetap saja airmata sebesar biji jagung itu tak mau berhenti, mungkin karena waktu itu Usia gw masih 9 atau 10 tahun-an. Dan menurut gw suatu hal yang wajar dilakukan seorang bocah, bila ia merasakan takut atau terasing di suatu tempat yang tak ada seorang-pun ia kenal ialah menangis.
Singkat cerita, beberapa bulan kemudian gw sudah bisa mengendalikan airmata jagung yang sebelumnya kerap meluncur indah dipipi bila suasana hati “Gundah Gulana” *ceilehh masih bocah udah tau gundah gulana* hahaha.. dan menurut gw, suasana itu bisa mempercepat proses kedewasaan. Jadi gw yang kala itu seorang bocah manja dituntut tuk menjadi bocah mandiri, yang dari mandi pun kudu bawa alat mandi sendiri sampai segala hal yang mesti dilakuin sendiri seperti melipat baju yang rapih, trus di masukin ke lemari sendiri, sapu asrama sendiri, dan masak.., eh ngga ding, masak mah masih dimasakin sama ibu dapur asrama hehe. Tapi intinya kala itu gw jadi bocah super yang agak sedikit berbeda dengan bocah-bocah seusia gw di rumah.
Kayanya bersambung dulu deh ceritanya, cuaca di sini lagi kurang bersahabat.., alhasil gw kena efeknya. dialah Flu dan batuk yang selama 2 hari ini menemani siang dan malam gw haha.


So .. wait and see ya 

Total waktu rantau : 2 tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar